Namaku Melissa (Bagian I)




Namaku Melissa. Aku adalah seorang jurnalis Media Nasional. Menulis adalah pekerjaan ku dan hidupku. Juga mata pencaharianku. Sebagai seorang jurnalis, aku harus menuliskan sesuatu berdasarkan apa yang aku lihat. Harus sesuai fakta, aktual tidak boleh di karang bebas. Jurnalis sejatinya membuka tabir kenyataan. Bukan malah membohongi publik. 

Siang ini, dengan malas aku mengadiri sebuah konferensi pers peluncuran buku dari seorang pengusaha muda , investor dan motivator bisnis. Ia banyak meluncurkan buku - buku motivasi. 

Ia juga memiliki beberapa bisnis. Seperti sektor pertambangan, waralaba dan fashion. Namun, yang membuatku benci dengannya adalah, gaya bicara nya yang arogan. Sebut saja namanya, Damara Putra. Ia memang tampan, berusia 35 tahun, single dan sombong. Memuakkan. 

Atasanku tau kalau aku benci dengan si sombong Damara. Tapi, terpaksa, rekan kerjaku berhalangan hadir dalam acara konferensi pers siang ini. Acara nya berlokasi di gedung perkantoran milik Damara Putra. Siang ini , aku sudah hadir di sana 1 jam sebelum acara. Sebentar lagi acara akan di mulai. Aku sudah duduk di ruangan konferensi pers. Dan bersiap untuk meliput. Menunggu pembicara datang. Jam sudah menunjukkan pukul 09:58. Acara mulai pukul 10:00. 

Tidak lama pembicara, Damara Putra beserta staff datang. 

Biar ku deskripsikan seperti apa penampilannya. Wajahnya bagaikan jiplakan Austin Butler.  Ia tinggi (mantan pebasket yang banting stir ke dunia bisnis), berpakaian casual namun rapih, ia mengenakan polo shirt berwarna putih, celana bahan berwarna hitam dan sepatu sport yang aku kenal brandnya. Nike Dunk Low Classic putih. 

Rambutnya bergaya Korean Pop, berpotongan undercut top. Mungkin, aku satu - satu orang di ruangan ini yang ingin menertawakan model rambut ala anak abg korea itu. Mengingat usia nya 35. 

Damara dimana wibawa kamu dengan rambut konyol itu, pekikku dalam hati. Konferensi pers di buka. Dan bla.. bla.. bla... mulailah Damara berpidato, ceramah atau orasi soal mempromosikan produk lokal. Tetapi dia sendiri memakai sepatu dari Amerika. Celah ini yang akan aku tanyakan kepadanya ketika ia mulai membuka sesi tanya jawab. 

Sebelum aku datang ke acara ini. Aku mencari tau siapa Damara dari sosial medianya. Sosial media nya berisi quote - quote pribadi nya dalam mencapai kesuksesan. Beberapa foto aku lihat dan bahkan ku notice sebagai bukti - bukti. Salah satu nya, ketika ia memamerkan satu kotak cerutu. Entah itu cerutu miliknya atau siapa. 

Aku berbicara dengan rekan di sebelahku. Dan membicarakan soal sepatu Damara yang bukan produk lokal. Rekan sebelahku setuju. 

"Coba liat, dia pake sepatu dari Amerika. Gak sesuai dengan omongannya", bisikku kepada rekan media yang duduk di sebelahku. 

"Coba anda yang berbaju biru, wanita di  belakang, ada masalah?", ujar seseorang di meja depan. 

"Mbak, kamu di senggol tuh", ujar rekan sebelahku.

"saya?"

"Ya anda"!, seru si sombong Damara. 

"Ada pertanyaan?", tanya ia dengan nada yang menjengkelkan

"Ehm..  begini. Tadi anda berorasi mengenai semangat mengenalkan produk lokal dengan berkobar-kobar, yang menarik adalah, kenapa anda masih memakai sepatu buatan Amerika?, sebetulnya, sepatu sneakers buatan Indonesia kualitas nya tidak kalah dengan produk asing dan bahkan presiden kita memakai sneakers buatan lokal, bukan?", tanya ku. 

Aku melihat beberapa orang di sekitar terlihat mengangguk setuju dengan pertanyaanku. 


"Saya tidak berorasi"..

"Tapi terdengar seperti orasi"..


"Hahaha , oke apapun itu, pertanyaan yang cukup menyentil. Begini, terkadang sebagai seorang pengusaha, saya perlu memakai barang - barang produk asing. Untuk membuktikan seperti apa kenyamanan dan kualitas nya, betul?", si sombong Damara balik bertanya kepadaku.

"Oke saya setuju, tapi, yang saya lihat beberapa foto di sosial media anda menunjukkan sebaliknya. Anda gemar memamerkan barang - barang brand dari Perancis, Italia, bagaimana dengan itu?"..

Aku mendengar pria yang duduk di sebelah kiriku terkekeh. Terkekeh seperti ia sepaham denganku. 

"Luar biasa, ternyata anda mengikuti sosial media saya, apakah salah jika saya penggemar tas kulit dari Italia dan Perancis?, anda sebagai seorang wanita, saya yakin kalau anda punya uang lebih pasti bakal beli juga tas Fendi, Dior?"

"Jika anda menemukan foto saya menggunakan produk asing sedangkan di ruangan ini saya teriak - teriak soal nasionalisme, tapi, ternyata saya diam - diam mempelajari bagaimana kualitas tas kulit dari Italia demi menaikkan kualitas produk dalam negeri, apa salah?", tanya si sombong Damara dengan nada sedikit menggertak. 

Rekan wanita yang duduk di sebelahku menginjak sepatuku. 

"Okeee gak salah deh", aku membalas pertanyaan balik darinya. Di sambut gelak tawa beberapa rekan media lain. 

"Sudah puas ya, oke saya buka saja pertanyaan dari rekan media lain", ujar nya.

"Mantaaaaab", ujar pria yang duduk di sebelah kiriku..

"Haha...  sepaham sama gw mas?", tanyaku.

"Banget, harus ada yang gong - in ni orang", emang gw tau dia pengusaha , cuma vibes nya arogan bung", ujar pria tersebut. Aku berkenalan dengannya dan rekan wanita yang duduk di sebelah kananku. Sekaligus meminta no ponselnya. Acara press release ini bagaikan hukuman bagiku , karena berasa lama sekali waktu 1.5 jam!. 

Selesai press release, aku meminta no kontak mereka. Setelah itu, mengobrol asyik dengan mereka. Tertawa dan menertawakan quote bodoh si sombong Damara. Setelah selesai. Ruangan press sudah mulai sepi dan kosong. 

Aku hendak mengeluarkan rokok ku dari tas. Dan terdengar seseorang memanggilku dari belakang. Dan aku menoleh ke sumber suara itu.

Rokok itu sudah masuk ke mulut ku namun belum aku nyalakan api karena masih berada di dalam ruangan.

"Iya?", tanyaku. 

Oooh.... si Damara abg Korea itu yang memanggil.

"Halo, mbak jurnalis yang sinis. Salam kenal saya Damara mengundang anda secara eksklusif di acara Gala Dinner malam ini", ujar nya sembari memberikan ku sebuah undangan. 

"Gala dinner?, apaan?", tanyaku membuka undangan itu.

Well, hell yeah, Damara memang memuakkan dan ganteng. Dia hanya terlalu banyak bicara. Ia tinggi sekitar 20 senti di atasku. 

"Ya Gala dinner?, oh iya saya lupa kalau orang belum memiliki kemampuan finansial di atas rata - rata, gak awam dengan istilah - gala dinner", ledek nya. 

"Apa ???", tanyaku.

"Kenapa anda sangat mengusik saya dengan pertanyaan seperti tadi ?"

"Hahaha... jadi terusik nih cerita nya"..

"Lucu ya, terserah deh level menengah mau gimana, oh iya - di acara gala dinner nanti malam, pesan saya, pakai baju yang prestise, jangan kain katun murahan, karena anda mewakili media anda kan?", ledek nya tersenyum sinis padaku. Ia berlalu.

Apaaaa ??, kalau ini bukan pekerjaan, sudah aku cabik -cabik mulut si Damara sialan itu. Aku keluar ruangan dan segera menyalakan korek ke ujung rokokku. Dan membaca tulisan di undangan itu. 

Damara fashion line mengundang anda dalam acara Soft launching Yudhistira Collection. Berisi 20 koleksi pakaian pria. 10 pakaian kelas atas formal dan casual. Terbuat dari kain berkualitas produksi Indonesia. Setiap desain sarat akan makna , filosofi dan tekstur. Nikmati malam spesial anda dengan undangan kalangan terbatas untuk rekan media.  

Hmm.. 

Tulisan dalam undangan tersebut berwarna emas. Sial, kenapa dia ngundang aku di acara kayak gini?, busana mewah aja gak punya. Ayolah Melissa, berpikir. Siapa yang bisa membantuku kali ini. Karena ini bagian dari pekerjaan. Dimana aku bisa menyewa baju mahal untuk 1 malam saja. Oh iya!, aku mengingat satu nama. Kemudian, aku memutar dial nomor kontak itu. Itu teman ku yang bekerja di majalah fashion.

" Titi, haaay Titi, bisa bantu gw ga?"

"Melisaaaaaa.... hay, iya bantu apa nih?"

"Gw minta bantuin lo buat dandanin gw cantik banget malam ini, sama gw mau pinjem baju dress pesta nih, malem ada ada liputan gala dinner"

"Ooh waw, haha cuma itu aja yang bisa bikin lo dandan ya", ledek Titi, temanku. 

"Oke, nanti sore gw ke rumah lo apa gimana?", tanyaku.

"Oke setelah jam 6 gw uda ada di rumah"

"Thank you Titi", ujarku seraya menutup pembicaraan. 

Sembari menghabiskan 1 puntung rokok ini, aku duduk di taman kecil yang ada di gedung perkantoran ini sambil sekali lagi melihat Damara yang sedang berjalan menuju parkiran mobil bersama staff nya.

Ingin rasanya aku meniupkan asap rokok ini ke wajah porselainnya. Nice!, rasanya ini bisa menjadi penyemangatku dalam bekerja. Aku bersumpah akan aku tiup asap rokok ini ke wajah plastiknya. Suatu saat nanti. Setelah pekerjaan selesai, aku kembali ke kantor dan menyelesaikan pekerjaanku dan menulis artikel press release pagi ini. Panjang lebar Damara berorasi berkobar - kobar mengenai nasionalisme dan cinta produk lokal. 

Hari berlanjut, sore selepas pulang kerja, aku pergi menuju rumah Titi. Titi temanku yang bekerja di majalah fashion. Rumahnya nyaman, bergaya tropical. Ketika aku menge bel pintu.. Sudah ada Titi di depan rumah. Dan mempersilahkan aku masuk. Kami bersantai sebentar dan mengobrol di sebuah ruangan dimana aku akan di make up dan ada mini walking closet. Titi meminta ku  untuk mencari referensi make up. 

"Gw suka make up mata yang cat eye", pintaku pada Titi. 

"Oh iya bener, itu lucu juga".. ujar Titi setuju. Setelah itu, Titi mulai mendandaniku. Sembari mendandaniku, aku mengobrol soal pekerjaan dan bergosip tentang Damara. Titi pasti tau soal Damara. Karena ia orang yang bekerja dalam bidang fashion. Titi merasa heran kenapa aku membenci Damara. Ia merasa kalau Damara ganteng maksimal dengan karir cemerlang. Tapi menurut ku , ia memuakkan. Aku mempelajari bagaimana Titi mendandaniku bergaya smokey eyes dan cat eye. 

Pertama, Titi mengaplikasikan concelar pada kelopak mataku, eye shadow berwarna coklat dan membaurkannya. 

Titi memakai pensil eyeliner untuk membingkai sudut mataku. Mencampurkannya kembali agar warna eye shadow tercampur sempurna. Langkah terakhir, Titi memulaskan liquid eyeliner untuk membentuk mata kucing. 

Blush on berwarna pink lembut dan lipstik red vamp. Untuk rambut, ia menata rambutku dengan aksen layering Korea. Anyway, tangan Titi sangat terampil , selain ia mahir mengulas make up, ia juga lihai memotong rambut. Selesai make up aku jadi pangling melihat wajahku yang gak pernah dandan ini. 

"Woaah cantik juga ya gw"..

"Cantik doong, gala dinner harus cantik. Sekarang tinggal pilih baju aja", ujar Titi. 

Selesai berdandan, kami berjalan menuju mini walking closetnya. 

" gw dress - dress banyak dan gak kepake, jadi ini beberapa gw warisin ke elo ya"

"Serius?, ini kan mahal mahal", sahutku.

"Gapapa lah, buat bestie", Titi menunjukkan sebuah dress hitam berlengan panjang dan bermotif polkadot , panjang nya hingga di bawah lutut. Titi berbaik hati memberikanku sepatu pump hak tinggi 10 senti dan long coat hitam panjang. Kemudian aku memakai dress cantik itu. Selesai semua nya di jam set 19:00. Titi mengantarkanku ke lokasi. 

Gala dinner malam ini berlokasi di salah Plataran Senayan. Aku berterima kasih kepadanya. Besok mungkin aku akan ke rumahnya lagi. Sesampainya di lokasi. Sudah banyak tamu - tamu undangan. Grogi sekali rasanya. Gak pernah aku datang ke acara seperti ini sebelumnya. 

Aku mencari - cari mas Rifky dan mba Astrid, rekan media yang pagi ini duduk di sebelahku. Tapi yang kulihat, di bagian tempat duduk awak media, sama sekali tidak kenal orang - orang ini. Mereka dari media mana ya?. Penampilan mereka berbeda dengan jurnalis seperti ku. Penampilan mereka rapih dan trendi. 

Aku duduk tidak terlalu jauh dari panggung, baguslah, sehingga aku akan mengambil beberapa foto yang bagus. Rangkaian pertama acara ini adalah kata sambutan yang membosankan. Damara akan koar -koar lagi soal nasionalisme. Setelah itu, pagelaran fashion koleksi Yudhistira. Opening di buka oleh musik dari daerah Sumatra Barat. Yang mana Damara putra di lahirkan. Selain itu penampilan tari piring , yang merupakan tarian dari Sumatra Barat. 

Aku sangat terkesan melihat suguhan istimewa dari tarian piring. Merinding. Aku mengambil beberapa foto. Dan mulai menulis laporan pengamatan acara. Setelah selesai show. Masuk koleksi busana formal dan casual dari Yudhistira. Aku memperhatikan beberapa koleksi tenun dan batik. Selama pagelaran busana di lakukan, sang narator menjelaskan soal filosofi konsep busana dan bahan. 20 koleksi ini murni di desain oleh Damara, ternyata. 

"Tamu undangan di persilahkan menikmati jamuan makan malam , dessert dan kopi , teh", ujar narator. 

Meja dan kursi ku tertulis nama. Eh?. Hanya tertulis "Media Nasional",  tanpa nama ??. 

"Malam mbak, nama nya siapa?, kok gak ada nama mbak, hanya ada nama perusahaan?" , tanya wanita rekan kerja yang duduk di sebelahku. 

"Ah iya, enggak ada nama saya ya", baru ngeh. Aku melihat di sekeliling meja - meja yang lain, ada nama dan nama perusahaan. Sentimen banget ya si Damara ini. Gak lama kemudian, aku mengambil makan malam dan dessert yang di sajikan secara prasmanan. Bukan di meja. 

"Wuw, ada eclairs kesukaan ku", pekikku. 

Aku mengambil eclairs,  puding, bistik sapi dan jus jeruk. Tidak jauh, aku melihat Damara yang menyapa beberapa awak media. Karena aku gak peduli. Aku menikmati saja si eclairs ini. Bukan hanya 1 tapi aku mengambil 3 buah. Nikmat sekalii. Aku mendengar ada suara ponsel berdering dari dalam tas. Segera aku mengambil ponsel dan mengangkat. Tidak sengaja aku menyenggol kotak rokokku sehingga terjatuh ke lantai dan segera membungkuk mengambilnya. 

Ketika aku mengambil kotak rokok milikku, aku melihat sepasang sepatu hitam linen oxford berdiri di depanku. Aku meneliti perlahan penampilan pria yang ada di depanku. Ia memakai setelah suit yang fit dengan tubuhnya berwarna hitam dan dasi merah. 

Dan...

Ketika aku melihat wajahnya, damn itu Damara. Rambut nya kali ini meniru potongan rambut T.O.P alias Choi Seung Hyun. Rrrrrr.......

Kami saling menatap. Dan aku memang sengaja dandan cantik malam ini. Supaya dia tahu kalau aku bukan jurnalis yang gembel. Ingin sekali aku menghembuskan asap rokok ini di depan wajah nya. Ia tidak mengatakan apa - apa. Hanya menatapku. Dan aku mengibaskan rambutku.

"Seorang wanita perokok yang meninggalkan sampah abu dimana - mana, mungkin ia juga ceroboh", kata nya memulai pembicaraan. 

"Mungkin tuanku Damara mau belajar menghisap rokok buatan lokal? Bukan cerutu?", ledekku. 

"saya tidak merokok, nona.."

" tapi kamu punya cerutu?"

"Itu properti"

"Percaya deh..."

Aneh banget, ia menatapku terus.

"Kenapa ?, terpesona ngeliat saya?"

"Buahaaaaa..... saya sakit perut, permisi dan terima kasih", ujar nya. Kemudian ia berlalu dan pergi. 

Aneh. Aku menikmati sisa malam dengan dessert manis. Malam semakin larut. Aku memutuskan untuk pulang dengan taksi online. Namun sebelum pulang,  biar kunikmati dulu sebatang rokok ini. Beberapa orang melihatku aneh. Karena aku dengan pakaian cantik ini merokok.

Aku harus membuat artikel mengenai liputan gala dinner malam ini esok pagi. Aku merebahkan tubuhku sesampainya di rumah. Lelahnyaaaa.. setelah membersihkan diri, aku tertidur. Tidur dan bermimpi soal pekerjaan dan pekerjaan. 

Rrrrr..... rrrr....... 

Duuuuh, siapa yang menelpon ku pagi pagi begini ??

"Ya halo...."

"Melisaaaa sayaaang, bisa bantu gw gak...?", tanya suara itu di telepon. 

"Gw baru bangun, kenapa Ti..?"

"Gw butuh model buat pemotretan artikel, bisa ?"

"Apaan?, model?, gw butut begini mau lu jadiin model?"

"Hahaha... lo itu cantik Melissa, cuma cuek aja , tapi lo cantik kok"

"Pret, ngerayu...."

"Iya mau ya jadi model, pleaseeeee....."

"Yaaaudah, lo udah bantu gw semalem, foto nya kapan ?"

"Hari ini, sore ?, pulang kantor bisa ?, besok kan weekend ini...

Hari ini Jumat ya..

"Oke , lokasi dimana?, share aja"

"Siaaaap , makasssih Melissa sayaaang", ujar Titi merayu..

Jumat yang dingin dan gerimis ini, malas rasanya. Aku memasukkan tanganku ke dalam saku celana untuk mengambil korek api. Entah sejak kapan aku menjadi perokok. Sebetulnya baru - baru ini aja sih jadi perokok. Aku memakai jaket parka berwarna hijau army, kaus garis - garis hitam putih, celana kargo khaki, sneakers vans dan tas slempang. Rambutku kuncir kuda. Memakai lipstik red vamp. Aku menulis artikel liputanku di dua acara. Press release dan gala dinner semalam. 

Aku melihat kembali foto - foto di dua event tersebut. Press release dan acara semalam. Aku mengetik kata demi kata. Sambil mendengarkan rekaman suara ketika press release. Ketika Damara memberikan undangan gala dinner, tidak lama si bos mengirimkan pesan WhatApp padaku kalau malam nya aku harus meliput. Selepas kerja, sore nya aku menuju lokasi pemotretan yang di share oleh Titi. Dan sesampai di sana, Titi sudah ada di lokasi.

Lokasi nya adalah studio milik si  fotografer. Titi memberikan guide pemotretan yang ternyata foto untuk sebuah artikel. Setelah aku lihat artikel nya tentang apa. Aku terkejut. 

"Ini gw harus foto pake baju lingerie????"

Pekikku. 

"Eheeehe....hmmmm... iya , sorry ya, gw mendadak kasih info, soalnya model yang sebelumnya gak bisa, cancel, tapi bayaran nya gede kok", ujar Titi. 

"Bukan soal bayaran, tapi gw malu"...

"Iya itu isi artikel nya tentang flirting gitu, sorry yaaaa"

"hufff.... yaudah oke, ga papa"

"Oke kita make up sekarang ya", ujar Titi. 

Ya ampun, ternyata isi artikel nya tentang bagaimana cara flirting kepada pasangan. Untungnya pakaian itu tidak terlalu terbuka. Berupa dress bertali spageti, berbahan sifon , panjang nya di atas dengkul dan terdapat aksen renda pada bawah jahitan rok. Manis sekali. Berwarna hitam. Tim make up mendandaniku seperti gaya wanita muda Korea yang cute. Rambut ku hanya di gerai saja. 

Masalahnya aku harus berpose seperti menggoda seorang pria. Ketika aku sudah siap. Titi sudah siap mengarahkan gaya padaku.

"Oke ya siap, liat kamera, ikut instruksi gw ya....", perintah Titi padaku. 

"Pegang bibir bawah, kedipin mata sebelah kanan"

"Pose tarik rok, shoot"

"Tarik rambut, shoot"

"Gigit bibir bawah, shoot"

"Berantakin rambut, shoot"

"Sekarang tengkurep ya di atas bantal", perintah Titi sambil mengarahkan ku untuk tidur tengkurap di atas matras.

"Senyum liat kamera, shoot"

"Sentuh bibir bawah, shoot"

"Okeeeeee done!", ujar Titi pada mas Budi, sang fotografer. Setelah itu, Titi melihat kembali foto yang sudah di ambil. 

"Btw, Melissa, gw tinggal dulu ya , gw sama mas Budi mau keluar bentar", ujar Titi. Ia meninggalkanku sendiri di studio. Demi kenyamanan. Aku duduk di sofa kecil di studio dan mengecek ponselku. Serta mengambil foto diriku. Lucu juga wajah ku di make up seperti ini. Di atas meja sebelah sofa terdapat stoking tipis bermotif polkadot yang lucu. 

"Lucu banget", aku mencoba stoking tipis polkadot itu dan memakaikan ke dua kakiku. Pertama di kaki kanan. Tidak lama, aku seperti mendengar suara di ruang depan studio ini. Mungkin itu mas Budi dan Titi. Suara itu semakin dekat. Dan semakin dekat. Ah paling itu Titi dan mas Budi. Aku duduk di sofa dan asyik mengambil foto stoking lucu ini..

Tiba tiba aku mendengar suara benda terjatuh di belakangku. Segera menoleh sumber suara itu. Aku terkejut dan ternyata itu Damara!. Aku dan dia sama - sama terkejut.

Apa yang ia lakukan di sini?. 

Eh... 

Tapi...

Dia..

Terlihat lain.. Ia memakai trench coat cobalt blue dan turtleneck warna senada. 

Hmmm..... 

"Ngapain kamu ada di sini?", tanyaku.

Ia menyenggol sudut meja kecil yang ada di dekat sofa. Dan lagi,  dia tidak sengaja menjatuhkan kalender di atas meja itu..

Kenapa dia?.. grogi? 

"Hem.. saya di telepon untuk pemotretan", jawabnya singkat. Ia membuang pandangan mata nya.

 wajah nya dan enggan menatapku..

Tapi aku penasaran.. seperti apa jika aku... 

Ia berdiri di sudut ruangan dan tidak banyak bicara seperti biasa..

"Damara, boleh gw tanya sesuatu" ?, tanyaku

" mau tanya apa?", ia menunduk dan enggan menatapku..

"Hmm.....apa kamu sudah punya pacar ?", tanyaku sembari berjalan ke arah nya. 

"Pertanyaan bodoh, kalau saya punya pacar atau tidak juga buat apa untungnya buat kamu - wanita perokok yang ceroboh dan meninggalkan sampah debu di mana - mana"

"Loh, gw serius, gw mau tau pria sukses , tampan, tapi mulut nya cerewet, ada wanita yang mau ?"

Ia terlihat gelagapan. Karena aku berjalan semakin dekat dengannya. 

"Iya gw tau gw sampah, jurnalis gembel, mana ada pria yang mau sama gw yang begini", langkah kaki ku semakin dekat dengan Damara. Terlihat jelas kalau grogi, mungkin karena baju yang aku pakai untuk pemotretan ini..

Dekat...

Sangat dekat...

"Jakarta itu bukannya panas ya?, kenapa pake mantel?, buat keren - kerenan ?", tanyaku dengan suara berbisik.

"A.. Itu - tu... saya...", ia menjawab dengan terbata - bata.

"Wah , ternyata seorang Damara yang menggebu gebu orasi soal produk lokal , bisa gak berkata - kata"...

"Ohya jadi gimana tadi soal udah punya pacar apa belum, soalnya kalau belum , saya bisa...."

"Bisa apa?.... kamu jangan macam - macam..."

"Bisa gak kamu itu tidak cerewet, arogan, sombong , ya memang kamu ganteng dengan rambut ala abg Korea yang memuakkan dan brengsek"!, ujarku..

"Berani nya kamu bilang saya brengsek?, kamu akan tau apa resiko nya soal kata - kata kasar itu", ujar nya seraya memicingkan mata nya. Ia berjalan menjauh dari ku , tapi, aku ingin sekali...

Menganggu nya....

"Resiko?" , aku menertawakan nya...

"Belum pernah ada seseorang yang memanggilku brengsek"

" lalu aku adalah orang yang pertama memanggil Damara itu brengsek, si tampan yang menyebalkan dan memuakkan"..


Aku tertawa puas..


"Usia kamu itu 35 tahun, tapi liat deh rambut kamu itu, mau sok - sok an meniru Choi Seung Hyun"..

"ada masalah ?, lihat kamu itu, sudah perokok, bergaul dengan bapak - bapak, mungkin itu suami orang, sekarang sudah pake baju begitu, mau godain saya ?"...

Aku bisa melihat ia mengepalkan tangannya. Seperti menahan amarah. 

" eh gw di sini di minta Titi jadi model ya, helooo"...

"Oh iya model?, model katalog murahan"

"Hati - hati dengan mulut kamu, di sini gw lagi gak bertugas , jadi bisa memukul kamu kapan aja"!

"Wohoho.... mau mukul saya?, tinggi saya 190 cm, mantan atlet basket, masih main basket, ada seorang wanita gila rokok yang mau memukul saya?, coba saja kalau berani"

Aku mengambil sebatang rokok dan mulai menyalakan korek api, dengan senang hati, aku meniup wajah nya dengan asap tembakau ini.

Ia hanya berdiri dan menatapku. Tapi tidak lama ia merebut rokokku dan mematikannya. 

"Damara Putra, kamu bagaikan sepuntung rokok yang setiap hari aku nyalakan dan bakar"..

Tiba- tiba ia menarik pergelangan tangan ku dan mendekap tubuh ku dengan erat..

pelan - pelan ia mendekatkan wajah nya , seperti ingin menciumku. Tapi terlambat, aku sudah mencium nya terlebih dahulu. Merasakan kebencian dan permusuhan dengan nya. Aku bisa merasakan rambut nya di sela - sela jari jemari ini. Rambut nya wangi, seperti shampoo mahal. Fantastis. 

Ia mungkin bisa merasakan bibir ku yang manis dan wangi permen loli. Karena setelah berdandan tadi, aku mengoleskan lip tint beraroma gulali. Ia mencium ku dengan tenang, tidak menggebu - gebu. Nafas nya teratur, aku meraba dada nya, mencari tahu apa dia berdebar - debar. 

Ternyata ia tidak berdebar - debar, hebat!. Bagaimana bisa ia setenang ini. Ia masih ingin melakukannya, begitu juga denganku. Berilah aku waktu 1 menit lagi. Aku menarik kerah turtleneck nya. Sedangkan tangannya menyentuh leherku dan menarik belakang gaunku. 

"tidak...! lihat apa yang aku lakukan ', ia menghempaskan tubuhku dan menutup wajah nya dengan telapak tangannya. Jam tangan yang ia pakai , mungkin harga nya 10x lipat dari tagihan listrik di rumahku. Sebulan tagihan listrikku 350.000. Munking lebih ?

Ia segera pergi dari ruangan. Aku menertawakan nya. Tidak menyesal atas apa yang aku lakukan. Aku bisa melihat wajah nya yang memerah, setengah mati ia berusaha menahan agar ia tidak menyerang ku. Lucu. Tapi menarik. Bagaimana jika kami bertemu lagi. 

Puas aku bisa memaki - maki nya..

Menggunakan kata - kata kasar. Semoga ia ingat semua itu. 

Bagaimana dengan ciuman itu?. Anggap saja itu mimpi buruk bagi nya. 

Pekerjaan ku sebagai model hari ini sudah selesai. Besok hari libur. 

Selama ini aku memang tidak beruntung soal pria. Pria yang aku taksir, ia seorang reporter olahraga, seorang pengendara dan atlet motor trail. Keren sekali ketika aku meliput nya dalam acara perlombaan motor trail. Ketika itu, aku melihat ia memakai kemeja flanel kotak - kotak mengendarai motor trail dengan cepat dan melompat, ketika itu aku hanya bisa mengambil foto nya dan menuliskan tentang diri nya. Nama nya, Sammy. Sayang, ia sama sekali tidak menyadari kehadiranku. 

Aku tidak menarik. Berpakaian seperti laki - laki. Kemeja kebesaran, kaos , celana kargo, sepatu sneakers. Merokok pula. Itu berlangsung selama bertahun - tahun. Kemudian, Ia sama sekali tidak menyadariku. Suatu hari, aku mulai merubah penampilan. Aku memotong rambutku, menyisirnya rapih, membuang baju - baju kemeja kebesaranku. Berpakaian lebih sesuai dengan ukuran baju. Mulai mengoleskan lipstik berwarna berani. Seperti warna merah. Merah tua dan red vamp. Ia mulai menyadari keberadaanku dan mengajak mengobrol. Tidak lama aku mendengar kabar kalau ia akan kuliah lagi keluar negeri. Sial.

Mungkin, Sammy pria pertama yang membuatku jatuh cinta. Setelah itu, aku tidak pernah berkencan dengan siapapun. Bahkan mencium siapapun. Tapi, apa yang aku lakukan kemarin, seperti perasaan ingin memiliki , tapi, masih terhalang sesuatu. Damara adalah pria yang menjadi musuhku. Masih ada rasa membenci nya. Gaya arogan nya yang membuatku jengkel. Rasa nya puas setelah aku memaki - maki nya, mengotori wajah mulus nya dengan asap tembakau yang aku hisap. 

Setelah ciuman beresiko kemarin, jangan kira aku jatuh cinta dengan nya. Tidak!.. 

Kecuali, gaya rambut nya yang - oh, so hot!. Somehow , aku menyukai pria berwajah bad boy seperti  Seung Choi Hyun (T.O.P) dan Austin Butler. Seperti Damara. Seperti nya Damara cowok baik - baik. Tapi penasaran, ia pakai shampoo apa. Wangi nya mewah dan mahal. Dan jam tangan apa yang ia pakai ?. Ia pake perawatan wajah apa. 

Jadi penasaran... mungkin Titi tau. Karena ia pernah melakukan pemotretan dengannya. 

"Dia cuma pake Kerastase. Jam tangan, gw rasa Rolex vintage , denger - denger kata nya sih dia penyuka barang bersejarah, kenapa?", tanya Titi padaku di telepon.

"Kemarin harus nya dia ada jadwal pemotretan , tapi ternyata dia berhalangan hadir, nyariiis banget lu hampir ketemu dia"....


Bukan sekedar ketemu. Bahkan lebih.


"Parfum?"

"Dia pake Dior Homme"

"Waduh gak ada yang barang lokal sama sekali?", tanyaku pada Titi.

"Gimana ya....itu dia menurut dia , untuk kelas parfum masih susah di sini. Kata nya sih dia lagi ada proyek dan penelitian soal minyak atsiri, tapi Damara keren sih karena totalitas soal penelitian itu juga, karena ia ikut mendanai penelitian itu,  menurut dia, UMKM harus naik derajat. Terutama parfum"

"Masa sih", tanyaku. 

"Iya lah, gw kan sering diskusi sama dia soal fashion. Walaupun dia di workshop terkesan kayak demo, haha! Kata nya gw denger - denger dia sempet adu mulut sama jurnalis pas press release buku nya, emang iya?"

"Hahaha... iya" 


Jurnalis itu aku. 

"Well, walaupun dia gaya nya arogan tapi dia dermawan , kebetulan gw sama dia jadi donatur di salah satu badan amal, picture perfect deh dia itu" 

Apapun itu... 

Siang ini aku ingin menikmati kopi latte panas, sudah lama aku tidak ngopi. Dan jalan - jalan ke mall. Iya ke mall. Menikmati kesendirian itu nikmat. Selama aku merokok, aku tidak mengopi. Jadi selama 1 tahun ini aku gak ngopi. 

Dan aku gak mau lagi berpenampilan berantakan dan cuek. Koleksi sepatuku bertambah. Sneakers yang kupunya kucel dan kumal. Semenjak kejadian Sammy. Aku bertekad untuk merubah penampilanku. Akhirnya aku membeli sepatu pump berhak 10 senti. Siang ini pun aku ingin dandan sedikit. 

Masih ingat kan cara nya memakai eyeliner mata kucing?. Masih... aku memakai eyeliner bergaya cat eye. Dress terusan floral lengan kutung, jaket parka hijau dari Uniqlo, kaus kaki putih dan vans classic. Rambutku panjang sepunggung, bergaya korean bangs ini aku gerai saja.

Siang ini di hari Sabtu yang santai ini, aku hendak memesan kopi. Biasanya kedai kopi ini selalu antri panjang. Tapi tumben siang ini ga terlalu ramai. Aku bisa mendapatkan kopi  kurang dari 7 menit. Duduk mengopi di tempat duduk nya dan mulai membuka buku yang biasa aku pakai untuk menulis pekerjaan. 

lihat kamu itu, sudah perokok, bergaul dengan bapak - bapak, mungkin itu suami orang, sekarang sudah pake baju begitu, mau godain saya ?

wanita perokok yang ceroboh dan meninggalkan sampah debu di mana - mana...

Tiba - tiba aku ingat kata - kata  yang Damara katakan padaku. Aku hanya tertawa tapi tidak tersinggung. Memang itulah aku. Bergaul dengan bapak - bapak?. Siapa?. Bang Joni?. Ah bodo amat. 

Bos bilang , Senin aku harus meliput koleksi Yudhistira , fashion line keluaran perusahaan Damara yang akan melakukan pembukaan gerai di salah satu pusat perbelanjaan kelas atas di Jakarta Pusat. Tapi kali ini aku gak sendirian, kata bos.

Aku merasa ada seseorang yang menepuk bahu. Aku menoleh ke belakang ku. 

Ya ampun !

Ya ampun !

"Melissa kan...? "

"Sam... my...? "

"Apa kabar Melissa ?, sendirian ?"...

Sammy .. 

Oh.. 

Sammy ..

Dia kembali lagi dan bertemu denganku ketika penampilanku jauh lebih baik dari sebelum nya. 

beda nya lebih rapih. Kemeja flannel kotak - kotak yang ia pakai seperti nya berbeda. Memakai celana chino berwarna hijau army, sepatu loafer ??. Bahkan ia memakai sepatu loafer ?. Ia dulu kerap memakai sepatu naik gunung. Rambut nya pendek bukan gondrong.

"Kabar gw baik, ini lo kapan balik ? Dan gimana kabar sekarang ?"

"2 minggu lalu gw balik , gw keluar kemarin kuliah lagi. Ijin sama bos kuliah dan selesai kuliah gw balik ngantor lagi"

"Oooh... gitu, jadi lo itu kuliah lagi..."

"Melissa udah lama gak ketemu , jadi cantik ", ujar Sammy.

"Giliran cantik , baru di lirik, kemana aja loe", sahutku.

"Gak gitu juga laah, haha, maaf deh"

"Haha... lo juga lain nih, pake loafer?, uda ngerti fashion sekarang ?"

"Liat - liat orang - orang sana. Cowok - cowok di Britain kece - kece, malu juga gw pake hiking boots", sahutnya. 

"Udah selang 4 tahun, masih sendiri aja? ", tanya Sammy.

"Iyeeee..... males gw pacaran, lo udah punya berapa cewek ?", sindirku pada nya.

"Buahahaha..... di kira gw playboy"

"Emang lo playboy kakap kan ?"

"Damn! Hahaha, baru single lagi...."

"Maka nya jangan gatel , selingkuh aja ", ujarku menyesap latte ku.

"Aisssh , siapa yang selingkuh ?, uda gak cocok dan capek jadi yaudah break aja "...

"Maka nya jangan ketinggian level"

"Waduh, gak juga ah, emang udah cukup aja jalanin hubungan nya"

Dulu mana bisa aku bicara seperti ini pada nya , grogi banget. Karena udah gak punya perasaan lagi pada nya. 

"Melissa jangan galak - galak dong, masa gw baru balik dari Inggris uda di marah-marahin", ujar Sammy tertawa. 

"Gak di marahin, cuma gw mau mengkonfirmasi soal stereotype aja, hehe..."

Di hari libur ini, yang gak menyangka. Bertemu Sammy lagi ?. Malahan ia kembali bekerja lagi di kantor. 

Masa - masa mengagumi nya usai sudah. Iyakah ?. 


Atasanku memberikan tugas Senin ini untuk meliput acara opening butik Damara di salah satu mall kawasan Jakarta Pusat. Ternyata ini adalah kelanjutan dari acara Gala Dinner kemarin. Gala Dinner kemarin memamerkan koleksi busana kelas atas Damara eksklusif sebanyak 20 potong. Koleksi ini kemudian di jual secara terbatas di butik eksklusif Damara. Dan di produksi secara terbatas.

Bahkan beberapa busana ini sudah sold semenjak Gala Dinner. Busana ini ternyata hasil desain Damara sendiri. Terbuat dari kain tenun dan batik. Sehingga harga nya fantastis. 

Aku dan Sammy sudah stand by di depan sebuah toko yang bertuliskan ; " The Damara Collection. Limited Edition.

Sudah terlihat beberapa rekan media yang bersiap untuk menunggu kedatangan Damara. Kali ini, Sammy membantu ku dalam setiap liputan. Ia bertugas sebagai fotografer. Hasil kualitas jepretan nya memang sudah terbukti kualitas nya. Biasa nya aku mengambil foto dengan kamera ponsel. Tugas Sammy mengambil foto dengan kamera digital SLR. 

Dari jauh aku melihat Damara dan beberapa orang berjalan menuju lokasi acara. Di sana ada seorang wanita yang cantik secara stereotype. Dan terlihat Damara berbisik di telinga nya. Damara memang menajubkan. Tinggi nya 190 cm. Berbadan sangat sehat dan tegap. Ia memakai kemeja kerah tinggi berwarna merah dengan jahitan berwarna emas. Sepatu oxford berwarna hitam. Rambut nya ? Masih bergaya si bengal T.O.P (undercut top). Dan jam tangan mewah. 

Jam tangan itu yang membuatku membeku menatap nya...

Tidak lama seremoni potong pita di lakukan. Sammy mengambil gambar. Setelah seremoni ini. Semua rekan media masuk ke dalam toko dan melihat beberapa koleksi baju yang akan di jual secara perdana mulai hari ini. Yang membuatku terpana, ada salah satu kemeja tenun songket berwarna merah dengan benang emas. 

Aku mendekati baju itu dan melihat nya dari dekat. Bagus sekali baju ini. Maskulin dan mewah. 

"Menenun adalah salah satu kegiatan yang membutuhkan konsentrasi , ketelitian dan kesabaran tingkat tinggi. Sesuai dengan kualitas dan harga nya. Tenun songket ini di produksi dari Sumatera"..

Aku serius menatap busana itu dan tidak memperhatikan Damara berdiri di samping ku. Ia menyandarkan kepala nya di cermin dekat baju tenun songket itu tergantung. Dan menatapku.

"Bagaimana bisa seorang wanita berhati dingin -se dingin es berpura - pura tidak terjadi apa - apa atas kejadian yang terjadi di ruangan itu. Bagaimana ia menjarah hati seorang Damara yang seumur hidup nya tidak pernah menyentuh seorang wanita. Di hari itu, terpaksa aku melakukan nya karena wanita perokok yang ceroboh itu memaksa ku melakukan nya"...

Aku menoleh ke arah nya. 

"Menjarah ?", tanyaku mendelik pada nya.

"Wanita itu memakai renda murah , bukan renda mahal seperti Victoria Secret"

"Apa maksud kamu ?"

"Oh - iya , apa kamu sudah lupa ?, bagaimana jari mu yang berbau asap rokok itu menarik kerah turtleneck mahal ku, kalau sampai turtleneck itu robek karena jari jemari nya , aku akan meminta pertanggung jawaban nya", ia melanjutkan kata - kata nya.

"Bajingan", ujarku setengah berbisik.

"Bajingan ?, sebuah kata - kata bar-bar yang keluar dari mulut seorang wanita tidak bernama....", ia berlalu dari ku dan menuju ruang tengah. 

Kenapa ? Ini harus terjadi di saat aku bertugas. Dengan berat hati, aku berjalan ke ruang tengah dan bergabung dengan rekan media lain. Aku melihat Sammy sedang berbicara dengan orang yang tidak aku kenal di ujung ruangan. 

Kemudian ada seseorang yang bertanya seperti ; 

"Hal apa yang membuat anda terinspirasi untuk mendesain busana ?"

"Hmmm..... pertanyaan yang sangat menarik. Inspirasi dari sebuah kecantikan dan misteri , renda yang murah dan sebuah godaan yang tidak bisa saya gambarkan seperti apa". 

Ia menjawab pertanyaan tersebut seperti tidak sadar.

Renda murah ???

"Maaf itu jawaban saya sebagai clue untuk koleksi berikut busana wanita Damara", pungkasnya..


"Apakah anda pernah berfikir untuk membuat koleksi busana yang lebih terjangkau ?. Seperti memakai bahan yang murah , menyulap nya menjadi mewah ?", tanyaku. 

Atasan ku bilang harus ada satu atau dua pertanyaan yang harus di tanyakan di acara seremonial ini.  

"Menyulap bahan murah menjadi mewah?, saya merasa seperti seorang penipu dan pecundang jika melakukan itu, tapi boleh juga. Tentu saja memakai bahan dengan kualitas terbaik lebih baik"

"Analogi nya seperti , seorang wanita akan lebih anggun dan berkualitas jika ia bersikap tidak ceroboh, bermulut sopan, dan tidak murahan", ujar nya sambil tersenyum padaku. Lagi ia berkata murahan! 

Ini jelas perang !, ingin rasa nya aku menghajar wajah nya yang mulus itu. 

"Ngomong - ngomong soal wanita, saya perkenalkan dia adalah Felicia. Felicia adalah desainer saya , nanti Damara collection akan membuat beberapa busana koleksi untuk wanita. Dan Felicia memiliki bakat yang luar biasa, saya merasa takjub ketika melihat ia dengan sangat teliti menyusun dan menjahit payet di atas sebuah gaun. Cantik", Damara mengenalkan seorang wanita yang cantik dan ternyata wanita itu adalah desainer nya. 

"Kayak nya gw pernah ketemu Damara di London", ujar Sammy..

"Bapak ibu rekan - rekan media, di persilahkan untuk menikmati kudapan dan minuman di meja sebelah kanan", terdengar suara seorang pembaca acara di tengah ruangan. 

"Duh, gw rasa nya mau ke smoking room aja deh", pintaku.

"Sama, ah tar aja sis, yuks!", ujar Sammy mengajakku ke meja snacks.

"Mas Sammy ?", tanya seorang pria di belakang ku. Sammy menoleh ke arah suara itu. 

"Eh, loh, mas Damara masih ingat saya ?", tanya Sammy. Lagi - lagi dia muncul. Aku membuang pandangan mata ku dan menghindari kontak mata dengan nya.

"Masih, saya tadi perhatiin kayak nya kita pernah ketemu di London ya ?"

" ya betul mas, waktu itu saya dateng ke acara mas di sana dan saya masih baca buku motivasi nya"

Membosankan..

"Sam, gw ambil snack dulu deh", ujar ku berbisik di telinga Sammy. Sammy malah mencubit lengan ku , seakan memberikan syarat kalau aku tetap di situ.

"Makasih ya, saya pikir saya gak ketemu mas Sammy lagi. Mas Sammy kerja di Media Nasional ?"

" iya mas, kemaren di London itu saya kuliah lagi , beasiswa, sayang kalo gak di ambil"

"Iya lah mas, pendidikan akan mengajarkan kita lebih bermartabat , sopan dan tidak bar - bar, setuju ?",  tanya Damara meliriku. 

Ia menyindir ku ya ???.. 

"Hobi nya apa mas ?"

"hobi saya ?, motocross"

"Motocross ? Apa itu ?"

"Deeeuh Sammy dia mana tau motocross", ujarku. Sammy dan Damara sama - sama menatapku.

"Apa ?, iya kan ? Anda pria elegan yang keliatan seperti OCD begini mana kenal olahraga model motocross", sindirku. 

"Motocross itu balap motor dengan motor trail mas", Sammy menginjak sepatuku dengan sengaja. 

"Ooo gitu, wah, menarik kayak nya mas"

"Seru mas"

"Mas Sammy kapan ada event motocross lagi atau latihan?", tanya Damara. 

"Tunggu deh , bapak Damara mau coba main motocross?, gak takut lecet tuh muka nya", sahutku.

"Kesempatan emas gak boleh di lewatin dong", ujar Sammy membelalakan mata nya padaku.

"Ada latihan dalam waktu dekat, nanti saya hubungin mas Damara"

"Oke, ini nomor saya...."

"Biasanya sama siapa mas latihan ?"

"Sendiri sih tapi rencana saya mau ajak Melissa ikut, untuk dokumentasi"

"Melissa ?" 

"Iya ini Melissa mas, rekan kerja saya ini"

"Halo nama saya Melissa, kita udah kenalan belum ya ?", aku menjabat tangan Damara. 

"Jadi nama kamu Melissa ....", ujar Damara seraya menjabat tanganku.

"Iya, M e l i s s a"...

Damara menatap ku dengan tatapan mata nya yang lain. Mata nya seperti ingin berdamai. Tapi tidak dengan mulut nya. Sedangkan aku menghempaskan tangannya. 

Sammy malah mengobrol akrab dengan Damara soal motocross. Membosankan. Aku mengambil snacks. Sammy dulu pernah mengajariku menaiki motor trail. Yah itu caraku mencoba caper dengan nya dulu. Aku juga seorang pengendara motor. Jadi gak sulit mengendarai motor satu itu.

Sammy menegur ku dan bilang bahwa aku gak sopan berkata seperti tadi ke Damara. Aku bilang, manusia model Damara itu akan selalu sibuk pencitraan. Jadi gak usah buru - buru terpesona dengan citra nya.

"Model kayak Damara gitu banyak pencitraan , gak usah terlalu di percaya"

"Tapi sesuatu banget buat gw bisa kenal orang sukses kayak Damara", kata Sammy.

"Jadi dia tertarik mau motor - motoran ?"

"Yoi!, dia pengen tau motocross dan kita janjian ketemu di tempat gw biasa latihan Sabtu ini, lu ikut ya"!

"Duuh... gw mending di rumah , tidur!"

"Ayo lah Mel, cuma lo aja cewek yang asik di kantor, dan gw juga butuh dokumentasi selama gw latihan, masa gw minta tolong Damara buat moto - motoin", Pinta Sammy padaku. 

"Yaaaa gw ikut...."

"Aseeeeek, Sabtu ini ya Mel"! , seru Sammy. Sammy terlihat sangat kegirangan.

Hmmmmm.....  tapi.. boleh lah aku mencari tahu seperti apa si Damara ketika di luar, apa dia mau kotor - kotor an ? 

Apa dia akan memakai jam tangan mahal fantastis nya...?



Bersambung...







































Komentar

Postingan Populer